Kamis, 23 Januari 2014

14 Film dan 10 Buku Untuk Mengisi Liburan

14 film dan 10 Buku yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang

“By going to the movies, and because of other things, too, going to college, making a wide variety of friends, moving around traveling, I became a lot more open-minded than the heritage I was born into might have suggested.” -Roger Ebert

Gue sepakat sama Roger Ebert dengan membuka diri dalam berkegiatan dapat membuka lebih besar peluang untuk melihat keadaan dunia di luar sana sekaligus membuka wawasan seseorang. Salah satunya adalah dengan menonton film. Sebuah film bisa membuat kita belajar mengenai sebuah peristiwa berdasarkan konteks budaya pada waktu itu. Gue mungkin bukan movie snob, film yang gue tonton mungkin gak sebanyak teman gue yang lain. Akan tetapi, jika kalian ajak gue ngobrolin tentang film, maka obrolan kita bisa panjang banget. Di waktu luang gue akan mengisi waktu dengan menonton berbagai film dan ini adalah daftar rekomendasi film yang bisa kalian tonton buat mengisi waktu luang.

FILM
1. Dead Poets Society (1989)
Dead Poets Society
Robin Williams adalah aktor gaek, dari Mrs. Doubtfire, Patch Adams, bahkan Bicentennial Man selalu ada bagian dari Robin Williams yang membuat penonton tergugah. Dalam Dead Poets Society, Robin Williams (berperan sebagai John Keating) memberikan penggambaran apik tokoh seorang pendidik kepada muridnya untuk belajar kritis dengan membuat suasana kelas lebih interaktif.
2. Daun Di Atas Bantal (1998)
Daun_di_Atas_Bantal
Kehidupan anak jalanan yang keras itu adalah tema yang diangkat Garin Nugroho sepanjang film. Polosnya anak-anak ditempa kehidupan ekonomi yang sulit dirajut menjadi untaian cerita dengan alur runtut yang membuat gue kadang bergidik ngeri sambil menahan kagum dengan kemampuan sinematografi Garin dalam membuat film ini.
3. In The Mood of Love (2000)
in the mood of love
Su dan Chow, saling jatuh cinta,  namun tidak bisa mengungkapkan perasaannya.  Jauh dari kesan romansa yang klise, justru film ini menggambarkan gimana wajarnya dua orang yang saling memendam perasaan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Grave of The Fireflies (1988)
Grave of Fireflies
Sejujurnya gue suka dengan film-film Hayao Miyazaki, tapi gue pikir akan sangat umum kalau merekomendasikan film beliau. Maka gue pilih film ini sebagai opsi lain. Gue butuh waktu tiga kali bersambung buat tamat nonton. Asli, gue sedih nontonnya. Film ini menggambarkan apa saja yang harus dikorbankan ketika perang pecah antar Negara. Grave of The Fireflies menceritakan perjuangan hidup kakak adik, Seita dan Setsuko pasca perang dunia II di Jepang.
5. Forrest Gump (1994)
Forest Gump
“Run, Forrest Run!” adalah salah satu kutipan yang terkenal dari film ini. Sepanjang film lo akan disuguhkan kisah hidup Forrest yang mengalir. Alur cerita yang ringan dari sudut pandang Forrest adalah hal yang membuat film ini menyenangkan untuk ditonton berulang kali.
6. The Boy in The Striped Pajamas (2008)
The Boy and the Striped Pajamas
Kisah dengan setting komplek militer era Nazi membuat gue berpikir film ini sarat kekerasan. Gue salah besar. Tidak banyak kekerasan ditunjukkan di dalamnya. Justru cerita film fokus pada persahabatan anak pejabat militer Nazi dan anak kecil Yahudi yang menjadi tahanan. Tonton dari awal sampai akhir agar lo tidak terlewatkan pesan moral terbesar dari film ini.
7. Shawsank Redemption (1994)
Shawshank Redemptionjpg
Apa rasanya dihukum untuk kesalahan yang gak lo perbuat? Kesel, marah, atau dendam? Sepanjang film gue gak kebayang perasaannya Andy yang dipenjara karena tuduhan membunuh istrinya yang gak pernah dia lakukan. Awalnya gue kesel pas nonton film ini, sampai pada akhirnya tetap nonton dan mengerti kenapa film ini dinobatkan sebagai salah satu film yang terbaik versi IMDB.
8. The Kid (1921)
The Kid
Sebagai komedian yang brilian (dan tampan menurut gue), Chaplin punya banyak karya. Salah satu yang paling banyak mendapat pujian adalah The Great Dictator. Lho terus kenapa gue rekomendasiin film ini? Alur yang lebih lugas dari sebagian besar film Chaplin, humor slapstick yang pas, dan cerita yang lebih dekat dengan kesehariaan membuat film ini  salah satu film yang lebih pas  buat ditonton di waktu luang.
9. Fight Club (1999)
Fight Club
Gue suka dengan karya Chuck Palahniuk. Namun, menurut gue Fight Club bukan tulisan terbaiknya, juga bukan favorit gue (favorit gue adalah Choke). Namun, ketika diangkat ke film, Fight Club adalah yang paling menarik. Film ini memang mengandung kekerasan, namun jalan cerita yang tidak bisa ditebak membuat penontonnya bertahan dari awal sampai akhir film. As simple as  how we love to know the bitter truth than the sweet lie.
10. Dancer in The Dark (2000)
dancer in the dark
Pemilihan film ini akan terkesan bias karena pada dasarnya  gue suka banget sama Bjork. Akan tetapi, lebih banyak  alasan obyektif lainnya kenapa film ini wajib ditonton. Film ini menawarkan panorama cantik Islandia dengan jalan cerita yang menyentuh. Garis besar film fokus kepada kasih sayang ibu dengan segala keterbatasan yang dimilikinya. Satu scene yang gak boleh lo lewatin dalam film ini adalah waktu Bjork bawain lagu My Favourite Things.
11. Amelie (2001)
Amelie
Amelie akan mengajak kita bermain ke dalam dunianya yang surrealis di tengah pemandangan kota Perancis yang indah. Jalan cerita akan maju-mundur, namun sepanjang itu pula lo bisa menikmati kelucuan dari ekspresi wajah cantik Amelie. Amelie membawa kita belajar bahwa kebahagiaan diri itu sepenuhnya adalah tentang bagaimana kita menentukan dan menjalani pilihan hidup sehari-hari.
12. Little Miss Sunshine (2006)
Little Miss Sunshine
Little Miss Sunshine bertemakan kisah hidup keluarga yang gak sempurna, cenderung disfungsional, namun ini relatif sama dengan keseharian banyak orang.  Film ini lumayan segar, karena penokohan di dalam filmnya gak umum. Oh iya, habis nonton film ini, gue langsung suka sama Paul Dano. Silahkan lo tebak dia mainin tokoh siapa dengan nonton filmnya.
13. The Little Rascals (1994)
FILM 'THE LITTLE RASCALS' BY PENELOPE SPHEERIS
The Little Rascals bukan film anak-anak pada umumnya. Keseruan cerita dan tingkah laku anak-anak yang  tidak wajar adalah hal yang tidak terlupa dari film ini. Tema persahabatan kental terpampang di dalam film. At the end, if you ask me, how do I describe friendship? Well, it refers to the main characters, Spanky and Alfalfa.
14. Solaris (1972)
Solaris
“Every person needs to learn from childhood how to be spend time with oneself.” adalah kutipan dari Tarkovsky, seorang sinematek kelahiran Rusia. Buat gue, Tarkovsky adalah sutradara handal yang semua filmnya menyuguhkan gambar berkualitas. Solaris adalah film fiksi ilmiah besutannya yang menggambarkan kehidupan seorang Psikolog yang menyambangi planet fiksional yang bernama sama dengan judul film. Hal paling favorit dari film ini adalah bagaimana Tarkovsky membawa emosi penonton lewat tema cerita sederhana dan detail dalam gambar yang disuguhkannya.

BUKU
“The more that you read, the more things you will know. The more that you learn, the more places you'll go.” –Dr.Seuss
Jika sebelumnya gue bahas tentang film, ini saatnya gue mengajak lo ke jendela dunia yang lain, yaitu buku. Gue suka membaca buku kalau ada kesempatan dan kalau bukunya juga gue anggap menarik. Nah, ini dia beberapa buku yang gue anggap menarik dan gue rekomendasikan untuk lo baca.
1. Botchan (Natsume Soseki, 1906)
6399863
Sebelum Murakami berjaya, Jepang memiliki tokoh sastra bernama Natsume Soseki. Botchan merupakan salah satu bacaan wajib di sebagian sekolah di Jepang. Bahasa yang sederhana dan kisah yang sarat kasih sayang membuat gue gak heran wajah Soseki pernah terpampang di salah satu mata uang Jepang.
2. Catcher in The Rye ( J.D. Salinger, 1951)
catcher in the rye
Holden Caulfield adalah sentral dari novel ini. Salinger menggambarkan tokohnya secara detail yang membawa pembaca untuk merasakan muatan emosi yang intens. Alur cerita yang kompleks namun dibalut pemilihan kata yang mudah dipahami membuat novel ini menyenangkan dibaca dari awal hingga akhir.
3. Gadis Pantai (Pramoedya Ananta Toer, 1965)
cover-gadis-pantai
Penikmat karya Pram akan sepakat bahwa Tetralogi Pulau Buru adalah salah satu karya sastra terbaik dari Putera Bangsa. Akan tetapi, mengingat terdiri dari 4 buku maka gue lebih merekomendasikan buku ini. Latar belakang cerita mengambil tahun 1920-an dimana pernikahan melalui perjodohan dan memiliki selir bagi priyai adalah hal yang wajar. Seperti umumnya ciri khas Pram, maka lo akan menemukan betapa kaya pembendaharaan kata beliau dalam menggambarkan konteks budaya melalui alur cerita yang sistematis.
4. World War Z (Max Brooks, 2003)
8908
Sudah nonton filmnya? Bagus, sekarang mari baca bukunya. Gue lebih dulu membaca bukunya sehingga gue menemukan ada ekspetasi yang tidak terpenuhi ketika menonton filmnya. Penggambaran Zombie sebagai fokusnya memang gak ilmiah, tapi gue lebih salut dengan riset dan studi literatur yang dilakukan untuk menyusun buku ini. Penggambaran konteks budaya, geografis, bahkan kebijakan politik digambarkan mendekati fakta yang ada.
5. To Kill A Mockingbird (Harper Lee, 1960)
2657
Harper Lee pantas menerima Pulitzer untuk buku ini. Isu rasial adalah hal yang sensitif untuk dibicarakan, apalagi menyangkut kesetaraan. Harper Lee menuliskan apa yang menurutnya benar dalam buku ini. Dari buku ini gue belajar bahwa apa yang menjadi bagian dari sejarah itu gak selamanya baik, tetapi itu harus jadi pelajaran untuk menjalani masa sekarang.
6. The Metamorphosis (Franz Kafka, 1915)
485894
Apa yang akan lo lakukan kalau suatu hari lo bangun pagi dan diri lo berubah wujud jadi buruk rupa? Bahkan menjadi menyerupai monster. Itu yang terjadi pada Gregor Samsa, tokoh utama dalam novel ini. Penggambaran cerita hidup keluarga Samsa menarik buat dibaca, sebab konflik mereka sebenarnya adalah konflik umum dengan tema yang mungkin saja dialami semua orang.
7. The Giving Tree (Sheil Silverstein, 1946)
370493
Buku ini terkesan seperti buku anak-anak. Akan tetapi, sehabis membaca lo akan sadar mengenai nilai-nilai kemanusiaan yang hendak disampaikan melalui buku ini. Bahwasanya manusia adalah makhluk yang oportunis. Sejauh apa oportunisnya? Lo bisa temukan di dalam buku yang fokus menyajikan cerita tentang persahabatan manusia dan sebatang pohon ini.
8. The Little Prince (Antoine de Saint Exupéry, 1943)
Littleprince
Buku anak-anak yang bukan untuk anak-anak adalah hal yang terlintas di kepala gue begitu selesai baca buku ini. Alasan yang sangat filosofis karena selama membaca buku ini kita akan disuguhkan dengan pertanyaan dari Little Prince yang sifatnya eksistensialis. Jangan dulu baca buku filsafat yang berat kalau lo belum baca buku ini.
9. Freakonomics (Steven D. Levitt & Stephen J. Dubner., 2005)
1202
Gue punya pertanyaan, menurut lo, apa yang bikin turun angka kriminalitas di Amerika secara drastis? Kemudian, apa kecurangan terbesar yang dilakukan para atlet Sumo di Jepang? Hal-hal itu yang dijelaskan di dalam Freakonomics tentang bagaimana korelasi antar data menghasilkan statistik yang menjelaskan berbagai fenomena. Buku ini berjenis non-fiksi, namun bagian yang gue suka, dimana Levitt dan Dubner menyajikan dengan gaya bahasa santai sehingga maksud dari buku mudah diterima.
10. Understanding Comics (Scott Mc Cloud, 1993)
102920
Apa komik favorit lo? Kalau gue pasti akan jawab Understanding Comics. Scott McCloud akan mengajak pembaca komik ini untuk belajar memahami komik dengan berpetualang di dunia komik. Ini serius. Understanding Comics adalah komik di dalam komik yang patut dibaca kapan pun lo punya waktu. Paling penting dari semuanya, Understanding Comics juga menjelaskan sejarah komik dengan gambar dan penuturan yang seru.
That’s it and that’s all from me. I hope you’ll find some kind of jolly through my recommendation. Happy watching and reading,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar